False Hadith, Identity, and Contestation of Thought: The Analysis of Hadith on the Division of Muhammad's Ummah in the Historical Dimension

This study positioning false hadiths (mawdhû‘) as historical documents and data, not just past information, which is considered wrong must be avoided. The hadith used the object of was Prophet’s words, “All will go to heaven except al-Zanâdiqa group.” main issue that we want explore what matters behind hadith’s emergence. Using a approach, normative analysis, historical, this shows: first, hadith, both from its sanad matan aspects. However, assessment these two aspects does co-occur. Second, diction “al-Zanâdiqa,” interpreted with al-Qadariyyah sect, appeared in verbal form before 4th century AH/10 AD resistance sect. since AH/10th AD, has entered into various literature existence hadith. Third, 6th AH/12th became new discourse, namely an authentic but without addition “al-Qadariyyah.” In 10th AH/16th or 12th AH/18th 14th AH/20th it also public. finding shows one authoritative tools corner groups opposite mainstream, causing contestation discourse shift. Kajian ini dimaksudkan untuk memosisikan hadis palsu sebagai dokumen dan data sejarah, tidak sekedar informasi masa lalu yang pasti salah. Hadis dijadikan objek kajian adalah berbunyi “Semua akan masuk surga kecuali golongan al-Zanâdiqa.” Persoalan utama ingin dieksplorasi peristiwa apa berada di balik kemunculan tersebut. Dengan menggunakan pendekatan sejarah; analisis normatif historis, menunjukkan: pertama, tersebut dinilai palsu, baik dari aspek maupun matannya. Meskipun, penilaian terhadap dua terjadi secara simultan. Kedua, diksi “al-Zanâdiqa” ditafsirkan dengan al-Qadariyyah, muncul dalam bentuk sebelum abad ke 4 H/10 M resistansi al-Qadariyyah. Namun, sejak M, sudah berbagai literatur keberadaan itu palsu. Ketiga, pada ke-6 H/12 menjadi diskursus baru yakni sahih namun tanpa tambahan Pada 10 H/16 atau 12 H/18 juga khalayak. Demikian pula 14 H/20 kembali muncul–di samping memang eksis sebelumnya. Temuan menunjukkan, itu, salah satu alat otoritatif menyudutkan berseberangan arus utama; melahirkan kontestasi pergeseran diskursus.